Test Pack : Pernikahan Bukan Sekedar untuk Memperoleh Keturunan
By erny's journal - 21.35.00
“Cinta aja nggak cukup ya neng?” Tanya Rahmat (Reza
Rahardian) kepada Tata (Acha Septriasa). Pertanyaan yang cukup klise, namun
berhasil disampaikan dengan kesan yang mendalam dan menyentuh. Pertanyaan
tersebut sangat mewakili kegundahan hati Rahmat yang nyaris tidak bisa berharap
lagi rumah tangganya akan baik-baik saja bersama Tata. Bukan itu saja,
pertanyaan itu juga menohok penonton. “Apakah cinta tidak cukup menjadi alasan
untuk menikah dan mempertahankan pernikahan?”
***
![]() |
sumber |
Test Pack, film garapan sutrada Monti Tiwa ini menyajikan
kisah romansa yang luar biasa. Berbeda dengan drama percintaan pada umumnya,
film ini menyuguhkan realita yang kerap kali terjadi di sekitar kita sehingga
sangat terasa dekat dan nyata. Cerita yang diusung pada film ini diadaptasi
dari masalah umum yang berkembang di Indonesia yaitu seputar pertanyaan
basa-basi yang sering dilontarkan oleh orang-orang terdekat bahkan keluarga.
Pada film Test Pack ini masalah
tersebut diperkenalkan oleh adegan ketika Rahmat berbincang dengan ibunya
melalui telepon. Seperti kebanyakan ibu-ibu yang menanti cucu dari anak dan
menantunya, Ibu Rahmat terus bertanya tentang Tata yang sudah hamil atau belum.
Namun Rahmat mengingatkan bahwa jangan terlalu sering bertanya soal kehamilan
kepada Tata karena ia takut istrinya semakin stress.
Tujuh tahun setelah pernikahan, Rahmat dan Tata
belum juga dikaruniai seorang anak. Berbagai cara mereka lakukan demi
mendapatkan hasil dua garis di test pack yang Tata gunakan untuk mengecek
kehamilan. Usaha yang mereka lakukan untuk mendapatkan anak tergambar jelas
dalam film ini. Usaha mereka dimulai dari menjaga asupan makanan seperti tauge yang
banyak dalam gado-gado untuk Rahmat yang dibuat oleh Tata, teh ginseng untuk kesuburan Rahmat,
teh jahe tanpa gula untuk kesuburan Tata, hingga membaca buku tentang sex education agar hubungan intim mereka
menghasilkan seorang anak. Pada film ini juga terdapat adegan ranjang. Namun
lagi-lagi adegan ranjang dalam film ini terkesan antimainstream dan jauh dari
kesan seronok yang biasanya ada dalam film buatan dalam negeri.
Di sisi lain, Sinta (Renata Kusmanto) seorang model
papan atas juga mengalami hal serupa yang dialami oleh Rahmat dan Tata.
Ironisnya, Sinta harus bercerai dengan Heru (Dwi Sasono) karena dia mandul dan
ibu mertuanya tidak terima. Kisah tersebut berhasil mengabadikan potret realita
yang terjadi di sekitar kita. Bagaimana seorang perempuan yang mandul seakan layak
untuk ditinggalkan begitu saja oleh suaminya karena tidak bisa memberikan
keturunan. Potret realita tersebut makin lengkap dan meyakinkan ketika Sinta
mengambil hasil lab dan dokter menyarankannya untuk mencari opini lain dari
dokter berbeda. Tanpa diduga, Sinta justru menjawabnya, “opini dokter sih udah
cukup dok, saya cuma butuh laki-laki yang mau terima opini ini.” Telak. Jawaban
tersebut sangat mengena dan realistis.
Namun, hal berbeda ditunjukan Rahmat kepada
istrinya. Dia berkata bahwa tidak ada yang sia-sia ketika mereka bersama karena
tujuan menikah bukan semata-mata untuk memiliki seorang anak, tetapi karena
cinta. Oleh karena itu, film Test Pack
ini seakan menunjukkan dua sisi dimana lelaki akan meninggalkan perempuan
karena mandul, namun sebaliknya ada juga yang tetap setia karena menyadari
bahwa tujuan menikah yang sesungguhnya adalah untuk menghabiskan sisa umur
bersama dan bukan sebatas memperoleh keturunan.
Lalu kisah terus berlanjut hingga Rahmat dan Tata
memutuskan untuk ke dokter guna pemeriksaan lebih lanjut. Tata pun akhirnya
melakukan proses invitro yaitu penyuntikan hormon ke dalam tubuhnya agar
badannya terkondisi dan sel telurnya kian siap untuk dibuahi. Proses invitro
pertama berhasil membuat Tata tertekan. Usahanya yang cukup menyakitkan karena
setiap hari harus disuntik dengan hormon tersebut gagal saat mengetahui dirinya
datang bulan. Tata pun stress dan di sinilah peran Rahmat sebagai suami sangat
berguna. Rahmat dengan penuh kasih sayang terus menyemangati istrinya agar
tidak putus asa dan yakin bahwa mereka masih bisa punya anak pada kemudian
hari. Reza Rahardian yang berperan sebagai Rahmat sangat memukau menampilkan
ekspresi sebagai seorang suami yang penyayang dan penuh perhatian. Pun ketika handphonenya berdering karena panggilan
masuk dari Sinta, dia langsung menekan tombol tolak dan justru mendekati
istrinya untuk memberikan dorongan dan sentuhan kasih sayang.
Pada proses invitro kedua, dokter menyadari bahwa
dia belum memiliki data kesuburan sperma Rahmat. Dokter pun meminta Rahmat
untuk uji lab karena itu adalah proses standar sebelum melakukan suntik
invitro. Rahmat tampak sedikit gugup dan menolak dengan alasan akan datang
sendiri karena ingin menjaga perasaan istrinya. Awalnya sang dokter terus
memaksa, namun akhirnya menyetujuinya.
Beberapa saat kemudian, Rahmat datang ke rumah sakit
seorang diri untuk melakukan uji lab kesuburan spermanya. Tergambar jelas di
wajahnya, bahwa ia seakan mendapat firasat buruk untuk hasil labnya. Semua
ketakutannya pun terjawab setelah surat hasil lab ada di tangannya. Dengan hati
yang sangat terpukul dia mendapati kenyataan bahwa ternyata yang tidak subur
bukan Tata melainkan dirinya. Masa-masa setelah mengetahui hasil lab tersebut
Rahmat berubah menjadi linglung dan pendiam. Bahkan ketika Tata bercerita
dengan semangat, Rahmat hanya diam dengan tatapan kosong.
Secara tersirat jelas digambarkan suasana hati
Rahmat yang campur aduk antara kecewa dan juga takut. Di satu sisi ia pun
kasihan dengan Tata yang terus menerus rela menahan sakit untuk suntik invitro.
Padahal di sisi lain Rahmat tahu semua itu sia-sia karena dirinya lah yang
mandul. Lalu pada sisi yang lainnya lagi, Rahmat ingin bercerita tentang
keadaannya, tetapi dia belum siap mengecewakan Tata. Terlebih lagi dia semakin
takut jika ternyata Tata tidak mau menerima kehadirannya lagi dengan kondisinya
yang tidak subur. Namun apa yang disembunyikan Rahmat akhirnya diketahui Tata
ketika tanpa sengaja dia menemukan surat hasil lab milik Rahmat di antara
tumpukan baju. Sontak Tata pun marah besar dan merasa tidak terima karena hal
sepenting ini dirinya tidak tahu. Padahal Tata sendiri sudah cukup lama menahan
sakit karena suntik invitronya.
Pada akhirnya Rahmat yang tidak tahu harus berbuat
apa justru menghubungi Sinta yang pernah bertemu dengannya di rumah sakit
setelah tes kesuburan beberapa waktu yang lalu. Atas dasar memiliki nasib yang
sama yaitu mandul, Rahmat justru berpikir Sintalah yang pasti tahu apa yang ia
rasakan karena Sinta juga mengalami hal yang sama. Kedekatan mereka terjalin
kembali setelah kisah cinta jaman kuliah berakhir bertahun-tahun yang lalu.
Tata yang awalnya sudah mulai bisa menerima kenyataan bahwa suaminya mandul
tanpa sengaja memergoki Rahmat sedang bertemu dengan Sinta di kafe. Salah paham
pun terjadi. Sinta mengira Rahmat berselingkuh dan untuk kali ini dia
memutuskan untuk pergi dari rumah karena merasa telah dikhianati oleh suaminya.
Meskipun kisah yang diceritakan dalam film ini
tampak serius, tetapi ada beberapa scene
yang cukup menyegarkan. Salah satunya adalah scene ketika Rahmat membantu pasangan Meriam Bellina dan Jaja
Miharja yang nyaris hancur. Meriam Bellina dan Jaja Miharja cukup memberikan
intermezo menarik agar penonton tidak terus menerus diaduk-aduk perasaannya
oleh cerita dari rumah tangga Rahmat dan Tata. Sebaliknya, peran mereka yang
sekalipun hanya pembantu justru memberi ruang disampaikannya pesan mendalam
yang tidak terkesan menggurui. Misalnya adalah ketika Rahmat menasehati mereka
untuk memikirkan kembali keputusannya untuk bercerai. “Ibu tu lupa kapan
pertama kali ibu jatuh cinta sama bapak. Coba diinget-inget lagi, diresapi
lagi, dipikirkan kembali. Kenapa ya kita menikah? Karena apa? Jawabannya cuma
satu karena dua-duanya mau menghabiskan sisa umur yang ada sama-sama untuk
kebahagiaan bersama. Kenapa saling cinta dua-duanya? Karena apa adanya kalian
sudah melengkapi untuk terus menjalani hidup ini sama-sama. Itu yang dulu saya
bilang kepada istri saya ketika akad nikah.” Nasehat Rahmat kepada pasangan
Meriam Bellina dan Jaja Miharja tersebut sangat mengena. Tentu saja tidak hanya
mengena, tetapi juga mengingatkan kepada penonton semua bahwa tujuan menikah
itu adalah untuk menghabiskan sisa umur sama-sama untuk kebahagiaan bersama.
Selain sebagai pemeran pembantu, Meriam Bellina dan
Jaja Miharja juga berhasil menjadi perantara yang meluluhkan hati Tata sehingga
membatalkan niatnya untuk ke Bangkok meninggalkan Rahmat. Ending dari film ini memang sangat mudah ditebak yaitu Tata akan
kembali kepada Rahmat. Namun, cara menceritakannya sangat elegan sehingga
walaupun mudah ditebak film ini tampak natural.
Dari segi cerita, Test Pack merupakan film romansa dewasa yang tidak membosankan dan
syarat pelajaran. Ceritanya yang membumi membuat penonton seperti menyaksikan
realita dan terasa sangat nyata. Lalu pengambilan gambar dari setiap scenenya pun tampak tidak berlebihan
karena nyaris tidak ada adegan norak seperti kebanyakan film romansa yang
lainnya. Kemudian menyaksikan aktor dan aktrisnya berperan dengan cukup
memukau. Rahmat yang diperankan oleh Reza Rahardian dapat mewujudkan
karakternya sebagai suami setia dan penyayang dengan baik. Begitu pun Acha
Septriasa yang memerankan Tata. Dia tampak lihai memainkan mimik muka yang cukup
meyakinkan penonton untuk dapat menebak apa yang tengah dipikirkannya. Lalu Renata
Kusmanto yang memerankan Sinta sebagai mantan kekasih Rahmat juga memainkan
perannya dengan sempurna. Sinta menggambarkan situasi seorang mantan kekasih
yang menyesal telah meninggalkan kekasihnya dulu yang ternyata juga memiliki
nasib yang sama yaitu mandul. Ada satu lagi pemeran yang patut dipuji perannya
walau tidak memerankan peran inti, yaitu Markus yang diperankan oleh Uli
Herdiansyah sebagai manajer Sinta. Chemistry
antara manajer dan model yang diperankan oleh Uli dan Renata terlihat begitu
alami layaknya manajer dan modelnya sungguhan.
Secara keseluruhan, saya mengapresiasi film Test Pack ini. Film ini membuat saya
pribadi percaya bahwa tidak semua film dalam negeri itu bertele-tele. Ada juga
film yang memang menggambarkan realita yang sebenarnya dan salah satunya adalah
Test Pack ini. Selain itu pesan yang
disampaikan dalam film ini juga menarik, yaitu pernikahan bukan semata untuk
mendapatkan keturunan saja. Namun lebih dari itu, kesadaran dua orang untuk
menghabiskan sisa umur bersama dengan saling melengkapi untuk kebahagiaan
bersama.
6 komentar
asikk mo nonton ah...
BalasHapusAku lebih suka nonton film kalau udah dapet bocorannya :D
Harus nonton mom. Ini film recommended banget. Aku ampe nangis terus padahal 5 kali nonton. haha aku terlalu cengeng kali.
HapusAaaaaaaaaaaa jadi pengen nonton :'((
BalasHapusAyo nonton! Mumpung ini film dalam negeri yg cukup oke berkualitas juga dari segi konten dan valuenya :D
HapusSaya nangis baca buku & nonton filmnya heuheu...
BalasHapusUlasan yg bagus..semoga lebih byk lagi film yg di ulas
BalasHapus